Jenis Penyakit Jantung yang Umum Muncul pada Anak-anak

Penyakit jantung pada anak-anak, meskipun lebih jarang dibandingkan pada orang dewasa, dapat mempengaruhi berbagai aspek kesehatan dan perkembangan. Berikut adalah beberapa jenis penyakit jantung yang umum terjadi pada anak-anak:

1. Penyakit Jantung Bawaan (Congenital Heart Disease)

Penyakit jantung bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir dan bisa mempengaruhi struktur dan fungsi jantung. Ini adalah kelompok penyakit jantung yang paling umum pada anak-anak dan dapat mencakup:

a. Septal Defects

  • Defek Septum Atrium (ASD): Ada lubang di dinding yang memisahkan dua atrium jantung. ASD dapat menyebabkan aliran darah abnormal dari atrium kiri ke atrium kanan, yang dapat membebani jantung.
  • Defek Septum Ventrikel (VSD): Ada lubang di dinding yang memisahkan dua ventrikel jantung. VSD memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan, yang dapat meningkatkan beban pada jantung dan paru-paru.

b. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

PDA adalah kondisi di mana saluran yang seharusnya menutup setelah kelahiran tetap terbuka. Ini dapat menyebabkan aliran darah abnormal dari aorta ke arteri pulmonalis, yang dapat membebani jantung dan paru-paru.

c. Stenosis Aorta

Ini adalah penyempitan pada katup aorta yang menghambat aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Stenosis aorta dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan berpotensi menyebabkan gagal jantung jika tidak diobati.

d. Tetraologi Fallot

Ini adalah kombinasi dari empat kelainan jantung bawaan: VSD, stenosis pulmonal, pembesaran ventrikel kanan, dan aorta yang terletak di atas kedua ventrikel. Tetraologi Fallot dapat menyebabkan oksigenasi darah yang tidak memadai dan kekurangan oksigen di seluruh tubuh.

2. Penyakit Jantung Didapat (Acquired Heart Disease)

Penyakit jantung didapat terjadi setelah lahir dan dapat disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau kondisi medis lainnya. Jenis penyakit jantung didapat pada anak-anak termasuk:

a. Miokarditis

Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung yang sering kali disebabkan oleh infeksi virus. Gejala dapat mencakup nyeri dada, kelelahan, dan kesulitan bernapas. Miokarditis dapat mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah dengan efektif.

b. Endokarditis

Endokarditis adalah infeksi pada lapisan dalam jantung, biasanya melibatkan katup jantung. Infeksi ini dapat terjadi pada anak-anak dengan kelainan jantung bawaan atau katup jantung yang rusak. Gejala mungkin termasuk demam, kelelahan, dan gejala sistemik lainnya.

c. Rheumatic Fever

Fever rematik adalah komplikasi dari infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus. Ini dapat menyebabkan peradangan pada jantung, sendi, kulit, dan sistem saraf. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada katup jantung, dikenal sebagai penyakit jantung rematik.

3. Dislipidemia dan Penyakit Jantung Koroner (Coronary Artery Disease)

a. Dislipidemia

Dislipidemia adalah kondisi di mana ada ketidakseimbangan kadar lipid (lemak) dalam darah, seperti kolesterol tinggi. Meskipun lebih umum pada orang dewasa, dislipidemia dapat memulai proses aterosklerosis pada anak-anak dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner di masa depan.

b. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner jarang terjadi pada anak-anak tetapi dapat berkembang jika dislipidemia dan faktor risiko lainnya tidak dikendalikan sejak usia dini. Ini dapat mengakibatkan penumpukan plak di arteri koroner yang menyuplai darah ke jantung.

4. Gejala dan Diagnosis

a. Gejala

Gejala penyakit jantung pada anak-anak dapat bervariasi dan mungkin termasuk kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri dada, pembengkakan, dan kebiruan pada kulit (sianosis). Gejala ini mungkin muncul sejak lahir atau berkembang seiring waktu.

b. Diagnosis

Diagnosis penyakit jantung melibatkan pemeriksaan fisik, tes darah, ekokardiogram, EKG, dan mungkin pemeriksaan pencitraan seperti MRI atau CT scan. Pemeriksaan rutin dan pemantauan adalah kunci untuk mendeteksi dan mengelola penyakit jantung pada anak-anak.

Kelebihan pakai pembalut kain saat menstruasi

Pembalut kain semakin banyak digunakan sebagai alternatif ramah lingkungan dan ekonomis bagi wanita yang sedang menstruasi. Penggunaan pembalut kain menawarkan sejumlah kelebihan yang membuatnya menarik bagi banyak orang. Berikut adalah beberapa kelebihan utama menggunakan pembalut kain:

1. Ramah Lingkungan

Pengurangan Sampah
Salah satu kelebihan paling signifikan dari pembalut kain adalah kontribusinya terhadap pengurangan sampah. Pembalut sekali pakai, yang terbuat dari bahan sintetis dan plastik, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai di lingkungan. Pembalut kain, di sisi lain, dapat dicuci dan digunakan kembali selama bertahun-tahun, sehingga mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan jejak karbon secara signifikan.

Bahan Alami dan Berkelanjutan
Banyak pembalut kain terbuat dari bahan-bahan alami seperti katun organik, flanel, atau bambu, yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan sintetis. Proses produksi bahan-bahan ini juga cenderung lebih berkelanjutan, terutama jika bahan-bahan tersebut diperoleh dari sumber yang bertanggung jawab.

2. Ekonomis dalam Jangka Panjang

Penghematan Biaya
Meskipun pembalut kain mungkin tampak mahal di awal, karena biaya pembelian yang lebih tinggi dibandingkan pembalut sekali pakai, mereka sebenarnya lebih ekonomis dalam jangka panjang. Pengguna hanya perlu melakukan investasi satu kali, dan dengan perawatan yang baik, pembalut kain dapat bertahan selama bertahun-tahun. Ini berarti penghematan biaya signifikan karena tidak perlu membeli pembalut setiap bulan.

3. Kesehatan dan Kenyamanan

Bebas Bahan Kimia Berbahaya
Pembalut kain biasanya tidak mengandung bahan kimia tambahan yang sering ditemukan dalam pembalut sekali pakai, seperti pewangi, bahan pemutih, atau gel penyerap. Hal ini membuatnya lebih aman bagi kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif atau alergi terhadap bahan-bahan tersebut. Menggunakan pembalut kain dapat mengurangi risiko iritasi, gatal-gatal, dan reaksi alergi.

Ventilasi yang Lebih Baik
Bahan alami yang digunakan dalam pembalut kain biasanya lebih bernapas dibandingkan bahan sintetis. Ini membantu menjaga area kewanitaan tetap kering dan mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi. Ventilasi yang baik juga memberikan kenyamanan lebih, terutama selama hari-hari menstruasi yang panas atau lembap.

4. Kenyamanan dan Kepraktisan

Desain yang Nyaman
Pembalut kain sering kali dirancang dengan bahan yang lembut dan nyaman, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Banyak pembalut kain memiliki sayap dengan kancing atau perekat untuk memastikan pembalut tetap di tempat, sehingga mengurangi risiko bocor.

Ketersediaan dalam Berbagai Ukuran dan Tipe
Pembalut kain tersedia dalam berbagai ukuran, bentuk, dan ketebalan, sesuai dengan kebutuhan aliran menstruasi yang berbeda-beda. Ini memberi pengguna lebih banyak pilihan untuk menyesuaikan pembalut dengan kebutuhan pribadi mereka, baik untuk aliran ringan, sedang, atau berat.

Cara mencegah timbul sariawan pada mulut

Mencegah timbulnya sariawan pada mulut adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mulut dan kenyamanan sehari-hari. Sariawan, atau ulkus aftosa, adalah luka kecil yang dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu mencegah sariawan pada mulut:

**1. Menjaga Kebersihan Mulut

  • Sikat Gigi Secara Teratur: Sikat gigi setidaknya dua kali sehari menggunakan sikat gigi yang lembut dan pasta gigi non-irritan. Ini membantu menghilangkan bakteri dan sisa makanan yang dapat menyebabkan iritasi atau infeksi.
  • Flossing: Gunakan benang gigi (dental floss) untuk membersihkan sisa makanan dan plak dari sela-sela gigi. Ini mengurangi risiko peradangan gusi dan infeksi mulut.

**2. Hindari Makanan yang Mengiritasi

  • Makanan Pedas dan Asam: Hindari makanan yang sangat pedas atau asam, seperti jeruk, tomat, dan makanan pedas yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa mulut.
  • Makanan Kasar: Makanan kasar atau berbentuk tajam seperti keripik atau kacang bisa menyebabkan luka kecil di mulut yang berpotensi berkembang menjadi sariawan.

**3. Perbaiki Asupan Nutrisi

  • Vitamin dan Mineral: Pastikan diet Anda kaya akan vitamin dan mineral penting seperti vitamin B12, folat, dan zat besi. Kekurangan vitamin ini dapat memicu timbulnya sariawan.
  • Diet Seimbang: Konsumsi makanan sehat yang bervariasi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh dan kesehatan mulut secara keseluruhan.

**4. Kelola Stres

  • Teknik Relaksasi: Stres dapat memicu timbulnya sariawan pada beberapa orang. Teknik seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dapat membantu mengurangi tingkat stres.
  • Istirahat yang Cukup: Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh dan sistem kekebalan tubuh.

**5. Hindari Trauma Mulut

  • Periksa Kesehatan Gigi dan Mulut: Gunakan pelindung mulut saat bermain olahraga yang berisiko tinggi untuk menghindari cedera pada mulut. Juga, pastikan untuk mengunjungi dokter gigi secara rutin untuk memeriksa adanya masalah gigi atau gusi yang dapat menyebabkan luka.
  • Hati-hati dengan Gigi Palsu: Jika Anda menggunakan gigi palsu, pastikan pasangnya tepat dan bersihkan secara teratur untuk menghindari iritasi.

**6. Gunakan Produk Perawatan Mulut yang Tepat

  • Pasta Gigi yang Tidak Mengandung SLS: Pilih pasta gigi yang tidak mengandung sodium lauryl sulfate (SLS), karena bahan ini bisa menyebabkan iritasi pada beberapa orang.
  • Obat Kumur: Gunakan obat kumur yang lembut dan bebas alkohol untuk menjaga kesehatan mulut tanpa menyebabkan iritasi tambahan.

**7. Cegah Infeksi dan Gangguan

  • Hindari Kontak dengan Penyakit Menular: Jaga kebersihan dan hindari berbagi alat makan atau minum dengan orang yang memiliki infeksi mulut menular.
  • Cek Kesehatan Secara Berkala: Jika Anda mengalami gejala yang tidak biasa atau sariawan yang sering kambuh, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mencari penyebab yang mendasarinya.

**8. Pertimbangkan Suplemen

  • Suplemen Vitamin: Jika Anda merasa sulit mendapatkan nutrisi yang cukup dari diet, suplemen vitamin dan mineral mungkin bisa membantu. Namun, konsultasikan dengan profesional medis sebelum memulai suplemen baru.

Haruskah menjalankan pengobatan pneumonia di rumah sakit?

Keputusan untuk menjalani pengobatan pneumonia di rumah sakit atau di rumah bergantung pada beberapa faktor, termasuk keparahan pneumonia, kondisi kesehatan umum pasien, risiko komplikasi, dan kemampuan pasien untuk mendapatkan perawatan yang memadai di rumah. Berikut adalah pertimbangan yang menentukan apakah seseorang harus dirawat di rumah sakit untuk pneumonia:

Keparahan Pneumonia

Pneumonia Ringan hingga Sedang:

  • Perawatan di Rumah: Pasien dengan pneumonia ringan hingga sedang sering kali dapat dirawat di rumah. Pengobatan di rumah mencakup istirahat yang cukup, hidrasi, penggunaan antibiotik atau antiviral sesuai resep dokter, dan perawatan simptomatik seperti obat pereda nyeri dan demam.
  • Pemantauan: Pasien harus memantau gejala mereka dengan cermat dan segera melaporkan perubahan atau perburukan gejala kepada dokter. Ini penting untuk memastikan pneumonia tidak berkembang menjadi lebih parah.

Pneumonia Parah:

  • Rawat Inap: Pneumonia parah sering memerlukan perawatan di rumah sakit. Gejala yang menunjukkan kebutuhan rawat inap termasuk kesulitan bernapas yang signifikan, penurunan kadar oksigen dalam darah, nyeri dada yang parah, kebingungan, atau tekanan darah rendah.
  • Dukungan Pernapasan: Pasien mungkin memerlukan terapi oksigen atau ventilasi mekanis untuk membantu pernapasan jika mengalami gagal napas atau hypoxemia.

Kondisi Kesehatan Umum

Pasien dengan Penyakit Kronis:

  • Risiko Komplikasi: Pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) lebih rentan terhadap komplikasi pneumonia. Perawatan di rumah sakit memungkinkan pemantauan dan pengelolaan yang lebih baik terhadap kondisi ini.
  • Pengobatan Multidisipliner: Di rumah sakit, pasien memiliki akses ke tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis yang dapat mengelola kondisi kesehatan yang mendasari dengan lebih efektif.

Pasien Lansia atau Imunokompromais:

  • Kesehatan Rentan: Lansia dan pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya, pasien dengan HIV/AIDS atau yang menjalani kemoterapi) sering memerlukan perawatan rumah sakit karena mereka lebih rentan terhadap komplikasi dan infeksi sekunder.
  • Pemantauan Intensif: Rumah sakit menyediakan pemantauan intensif yang diperlukan untuk menangani perubahan kondisi kesehatan yang cepat pada kelompok pasien ini.

Komplikasi dan Risiko Lain

Komplikasi:

  • Infeksi Sekunder: Pneumonia dapat menyebabkan komplikasi serius seperti abses paru-paru, efusi pleura, atau sepsis. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk menangani komplikasi ini dengan prosedur medis dan pengobatan yang tepat.
  • Gagal Pernapasan: Jika pneumonia menyebabkan gagal napas atau penurunan fungsi paru-paru yang signifikan, perawatan intensif dengan dukungan pernapasan di rumah sakit menjadi sangat penting.

Ketersediaan Perawatan di Rumah

Kemampuan untuk Merawat Diri:

  • Dukungan Keluarga: Pasien yang memiliki dukungan keluarga yang baik dan mampu mengikuti regimen pengobatan dengan tepat mungkin dapat dirawat di rumah.
  • Konsultasi Medis: Pasien harus tetap berhubungan dengan dokter dan melakukan kunjungan kontrol untuk memastikan perawatan berjalan dengan baik.

Jenis-jenis gangguan pencernaan pada si Kecil

Gangguan pencernaan pada anak-anak bisa sangat mengganggu keseharian dan mengkhawatirkan bagi orang tua. Beberapa gangguan pencernaan yang sering terjadi pada anak-anak meliputi sembelit, diare, refluks gastroesofageal (GERD), kolik, dan intoleransi laktosa. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis gangguan pencernaan yang umum terjadi pada anak-anak beserta gejalanya:

1. Sembelit (Konstipasi)

Gejala:

  • Frekuensi buang air besar yang jarang (kurang dari tiga kali seminggu)
  • Tinja keras dan kering
  • Kesulitan atau rasa sakit saat buang air besar
  • Perut terasa kembung atau sakit

Penyebab:

  • Kurangnya asupan serat
  • Dehidrasi
  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Perubahan rutinitas atau pola makan
  • Stres atau kecemasan

Penanganan:

  • Tingkatkan asupan serat dari buah, sayuran, dan biji-bijian.
  • Pastikan anak cukup minum air.
  • Ajak anak untuk lebih aktif secara fisik.
  • Ciptakan rutinitas buang air besar yang teratur.
  • Jika diperlukan, konsultasikan dengan dokter untuk penggunaan laksatif yang aman untuk anak.

2. Diare

Gejala:

  • Buang air besar yang sering dan berair
  • Sakit perut atau kram perut
  • Mual dan muntah
  • Demam (kadang-kadang)

Penyebab:

  • Infeksi virus, bakteri, atau parasit
  • Intoleransi makanan atau alergi
  • Penggunaan antibiotik
  • Keracunan makanan

Penanganan:

  • Pastikan anak terhidrasi dengan baik menggunakan oralit atau minuman elektrolit.
  • Hindari makanan berlemak, pedas, atau berserat tinggi sementara waktu.
  • Berikan makanan ringan dan mudah dicerna seperti pisang, nasi, saus apel, dan roti panggang.
  • Jika diare berlangsung lebih dari beberapa hari atau disertai dengan gejala parah, segera konsultasikan dengan dokter.

3. Refluks Gastroesofageal (GERD)

Gejala:

  • Muntah atau gumoh yang sering
  • Nyeri atau sensasi terbakar di dada (heartburn)
  • Kesulitan menelan
  • Batuk kronis atau suara serak

Penyebab:

  • Kelemahan pada katup antara kerongkongan dan lambung
  • Posisi berbaring setelah makan
  • Asupan makanan tertentu seperti cokelat, mint, makanan berlemak, atau asam

Penanganan:

  • Ajak anak untuk makan dalam porsi kecil dan sering.
  • Hindari makanan yang memicu refluks.
  • Jangan biarkan anak berbaring segera setelah makan.
  • Konsultasikan dengan dokter untuk penggunaan obat antasida atau penghambat asam jika diperlukan.

Apa penyebab tungau telinga pada kucing?

Penyebab Tungau Telinga pada Kucing

Tungau telinga pada kucing disebabkan oleh parasit kecil yang dikenal dengan nama ilmiah Otodectes cynotis. Parasit ini merupakan jenis tungau yang sangat menular dan bisa menyebabkan infeksi telinga serius jika tidak segera diobati. Berikut penjelasan lebih rinci tentang penyebab tungau telinga pada kucing:

1. Kontak Langsung dengan Kucing Lain

Salah satu penyebab utama infeksi tungau telinga pada kucing adalah kontak langsung dengan kucing lain yang sudah terinfeksi. Tungau telinga sangat menular dan dapat dengan mudah berpindah dari satu kucing ke kucing lain melalui interaksi sehari-hari, seperti bermain, berkelahi, atau berdekatan satu sama lain. Kucing yang tinggal dalam kelompok atau di lingkungan dengan banyak kucing, seperti penampungan hewan atau rumah multi-kucing, lebih rentan terhadap infeksi ini.

2. Kontak dengan Lingkungan yang Terkontaminasi

Selain melalui kontak langsung dengan kucing lain, tungau telinga juga bisa menyebar melalui lingkungan yang terkontaminasi. Tungau ini dapat bertahan hidup di luar tubuh inang untuk periode waktu tertentu, dan dapat menyebar melalui benda-benda yang sering digunakan oleh kucing, seperti tempat tidur, mainan, peralatan grooming, dan permukaan lain yang mungkin sering ditempati oleh kucing. Jika kucing yang sehat bersentuhan dengan benda-benda ini, mereka bisa terinfeksi tungau telinga.

3. Kurangnya Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang tidak bersih dan tidak higienis dapat menjadi tempat berkembang biaknya parasit, termasuk tungau telinga. Tempat tidur yang jarang dibersihkan, peralatan grooming yang tidak higienis, dan kurangnya perawatan rutin pada telinga kucing dapat meningkatkan risiko infeksi tungau telinga. Kucing yang sering berada di luar rumah atau di tempat-tempat dengan kebersihan yang kurang juga lebih rentan terinfeksi.

4. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah

Kucing dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap infeksi parasit, termasuk tungau telinga. Faktor-faktor seperti usia, penyakit kronis, atau kondisi medis tertentu dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh kucing, membuat mereka lebih mudah terinfeksi oleh tungau dan patogen lainnya. Anak kucing, kucing yang sudah tua, atau kucing dengan kondisi kesehatan yang buruk perlu mendapatkan perhatian ekstra untuk mencegah infeksi.

5. Interaksi dengan Hewan Lain

Selain kucing, tungau telinga juga dapat menginfeksi hewan peliharaan lain seperti anjing, kelinci, dan musang. Interaksi antara kucing dan hewan peliharaan lainnya yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan tungau telinga. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa dan merawat semua hewan peliharaan di rumah jika salah satu dari mereka terinfeksi tungau telinga.

Pencegahan Infeksi Tungau Telinga

Untuk mencegah infeksi tungau telinga, langkah-langkah berikut dapat diambil:

  1. Periksa Telinga Kucing Secara Rutin: Periksa telinga kucing Anda secara rutin untuk tanda-tanda infeksi dan segera konsultasikan dengan dokter hewan jika ditemukan gejala.
  2. Jaga Kebersihan Lingkungan: Pastikan tempat tidur, mainan, dan peralatan grooming kucing selalu bersih.
  3. Batasi Kontak dengan Hewan yang Tidak Dikenal: Hindari kontak antara kucing Anda dengan hewan yang tidak dikenal atau yang mungkin terinfeksi.
  4. Gunakan Produk Pencegahan Parasit: Gunakan produk pencegahan parasit yang direkomendasikan oleh dokter hewan secara rutin.

Dengan memahami penyebab infeksi tungau telinga dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi kucing dari infeksi yang menyakitkan ini dan menjaga kesehatannya dengan baik.

Panduan Pengobatan Pasien Demam Berdarah (DBD) di Rumah dan Rawat Inap

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Pengobatan DBD tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Berikut adalah panduan pengobatan DBD di rumah dan kapan harus dirawat inap di rumah sakit.

Pengobatan DBD di Rumah

1. Istirahat yang Cukup

Pasien DBD memerlukan banyak istirahat untuk membantu tubuh melawan infeksi virus. Istirahat dapat membantu memulihkan energi dan mempercepat proses penyembuhan.

2. Konsumsi Cairan yang Cukup

Hidrasi yang baik sangat penting untuk pasien DBD. Konsumsi cairan seperti air putih, jus buah, dan oralit (larutan rehidrasi oral) sangat dianjurkan untuk mencegah dehidrasi. Sup dan makanan berkuah juga bisa menjadi pilihan yang baik.

3. Kompres Dingin

Untuk menurunkan demam, kompres dingin pada dahi, leher, dan ketiak dapat membantu. Pastikan menggunakan air hangat atau suhu ruangan untuk menghindari ketidaknyamanan.

4. Obat Penurun Demam

Parasetamol dapat diberikan untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri. Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.

5. Pantau Gejala

Pantau gejala pasien dengan cermat. Perhatikan tanda-tanda seperti penurunan demam yang disertai dengan kelemahan ekstrem, pendarahan, muntah terus-menerus, sakit perut hebat, atau perubahan perilaku (kebingungan atau kejang).

Kapan Harus Dirawat Inap di Rumah Sakit

1. Dehidrasi Parah

Jika pasien tidak mampu menjaga asupan cairan atau menunjukkan tanda-tanda dehidrasi parah seperti mulut kering, mata cekung, buang air kecil yang sangat sedikit, atau kulit kering, segera bawa ke rumah sakit untuk perawatan intravena.

2. Perdarahan

Jika terdapat tanda-tanda perdarahan seperti bintik-bintik merah pada kulit (petekie), mimisan, gusi berdarah, muntah darah, atau tinja berwarna hitam, pasien memerlukan perawatan medis segera.

3. Penurunan Jumlah Trombosit yang Signifikan

Trombosit yang sangat rendah dapat meningkatkan risiko perdarahan internal. Tes darah rutin diperlukan untuk memantau tingkat trombosit dan hematokrit. Jika angka trombosit menurun drastis, rawat inap mungkin diperlukan.

4. Nyeri Perut yang Hebat dan Muntah Terus-Menerus

Nyeri perut yang hebat dan muntah terus-menerus bisa menjadi tanda DBD berat. Kondisi ini memerlukan pemantauan dan perawatan medis intensif di rumah sakit.

5. Penurunan Kesadaran

Jika pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran, kebingungan, atau kejang, segera bawa ke rumah sakit. Ini bisa menjadi indikasi komplikasi serius seperti ensefalitis dengue.