Pilihan Investasi Jangka Panjang

Dengan keunggulan banyaknnya waktu yang dimiliki, kita dapat meningkatkan toleransi risiko kita pada investasi yang tidak pasti dalam jangka pendek, namun memiliki potensi return sangat baik dalam jangka panjang.

  1. Obligasi
    Investasi pada obligasi merupakan salah satu pilihan utama untuk investasi retirement fund. Memberikan imbal hasil yang lebih baik dari deposito, tidak sefluktuatif saham, fleksibel dan likuid untuk diperjualbelikan pada nominal berapapun, dan mendapatkan insentif bebas pajak apabila kita membelinya melalui program dana pensiun seperti BPJS & DPLK.
  2. Saham
    Apabila waktu investasi yang kita miliki setidaknya 15 tahun, investasi pada saham dapat dikatakan merupakan salah satu pilihan terbaik jika bukan yang terbaik. Namun risikonya investasi ini memiliki fluktuasi yang sangat besar.

    Pada momentum yang baik kita dapat membukukan imbal hasil 15% bahkan lebih, namun sebaiknya pada momentum yang buruk investasi tersebut bisa lebih buruk dari deposito atau bahkan merugi. Positifnya investasi pada saham menawarkan fleksibilitas dan likuiditas seperti obligasi, juga mendapatkan insentif bebas pajak pada dividen bila membelinya melalui BPJS & DPLK.

  3. Properti
    Untuk mengetahui persis berapa imbal hasil yang didapatkan dari properti perkara yang tidak mudah. Berdasarkan pengalaman di Jakarta, harga properti dapat flat untuk waktu yang sangat panjang, untuk kemudian booming naik minimal 50% setiap tahun seperti pada periode 2010 – 2013 untuk kembali flat lagi.

    Berbicara risiko, harga tidaklah sefluktuatif saham, namun tidak memiliki keunggulan fleksibilitas, likuiditas, insentif, bebas pajak seperti halnya obligasi dan saham. Untuk berinvestasi properti pada kalangan milenial seperti kita, cara yang umum dilakukan adalah melalui KPR dimana kita mendapatkan beban tambahan atas bunga pinjaman.

    Terakhir hal yang perlu dipastikan karena kerap menjadi polemik, investasi properti ini untuk retirement fund atau untuk anak nantinya? Dua goal yang berbeda, sebaiknya dipisah dari awal.

Selalu ingat, mesin pertumbuhan terbesar kita adalah diri kita sendiri, bukan investasi tersebut. Namun seandainya pun puncak karir kita tidak menjuadi presiden direktur atau menjadi pemilik startup unicorn, tidak berarti kita harus menyerah mengejar impian meraih financial independence.

Konsep Investasi untuk Pemula

Mau berinvestasi dicabang baru dari restoran teman yang ramai ?Itu artinya kamu berinvestasi saham! Investasi saham itu artinya menjadi salah satu pemilik suatu perusahaan. Sampai sekarang masih sering kita dapati orang banyak salah persepsi tentang saham. Seakan-akan investasi saham itu adalah investasi seperti judi yang harus aktif jual beli setiap hari, pelototin harga mana yang masih akan naik, tarik – tarik garis mana yang memberikan signal beli.

Kesannya yang bisa untung dari saham adalah orang yang aktif dan cekatan dibursa..cepat beli cepat juaal. Padahal itu adalah konsep yang salah besar ya. Itu namanya sedang bertaruh, bukan berinvestasi. Cobalah sedikit menjauh dari dinamika itu. Itu adalah dunia para trader yang membuat pasar saham menjadi penuh warna. Kita tidak harus menjadi trader untuk bisa meraih keuntungan dibursa saham. Faktanya, rasio kesuksesan sebagai trader itu rendah. Perlu kita sadari, pada dasarnya memiliki saham artinya menjadi salah satu pemilik dari perusahaan. Untuk melihat perusahaan kita bertumbuh, membutuhkan kesabaran, butuh waktu berbulan – bulan hingga tahunan. Itu baru namanya berinvestasi.

Tahukah kamu pasar financial global sedang dilanda kekhawatiran resesi Indikasi itu dilihat dari Inverted Yield Curve pada surat hutang Amerika. Jadi inverted Yield Curve adalah kondisi dimana bunga surat hutang tenor 10 tahun lebih kecil dari bunga surat hutang tenor 2 tahun karena mekanisme pasar.

Berdasarkan sejarah bila kondisi ini terjadi, yang selanjutnya terjadi adalah resesi ekonomi di Amerika, dan dapat memberikan dampak negatif ke ekonomi Global. Bagaimana dengan Indonesia? Untuk ekonomi riil, dampaknya akan lebih minimal, karena mesin ekonomi Indonesia adalah konsumsi dalam negeri, bukan negara eksportir yang sangat terhubung pada ekonomi global.

Yang menjadi lebih berisiko adalah pasar finansial, terutama saham, karena didominasi investor asing. Apabila terjadi rush, dana investor asing keluar dari Indonesia, dapat menyebabkan IHSG terkoreksi cukup signifikan, dan memberikan tekanan pada rupiah. Risiko dari Inverted Yield Curve adalah salah satu risiko yang paling diantisipasi investor global sejak tahun lalu. permasalahannya kapan resesi Amerika benar2 terjadi? Tahun ini? Tahun depan? 2 tahun lagi?