Dengan keunggulan banyaknnya waktu yang dimiliki, kita dapat meningkatkan toleransi risiko kita pada investasi yang tidak pasti dalam jangka pendek, namun memiliki potensi return sangat baik dalam jangka panjang.
- Obligasi
Investasi pada obligasi merupakan salah satu pilihan utama untuk investasi retirement fund. Memberikan imbal hasil yang lebih baik dari deposito, tidak sefluktuatif saham, fleksibel dan likuid untuk diperjualbelikan pada nominal berapapun, dan mendapatkan insentif bebas pajak apabila kita membelinya melalui program dana pensiun seperti BPJS & DPLK. - Saham
Apabila waktu investasi yang kita miliki setidaknya 15 tahun, investasi pada saham dapat dikatakan merupakan salah satu pilihan terbaik jika bukan yang terbaik. Namun risikonya investasi ini memiliki fluktuasi yang sangat besar.Pada momentum yang baik kita dapat membukukan imbal hasil 15% bahkan lebih, namun sebaiknya pada momentum yang buruk investasi tersebut bisa lebih buruk dari deposito atau bahkan merugi. Positifnya investasi pada saham menawarkan fleksibilitas dan likuiditas seperti obligasi, juga mendapatkan insentif bebas pajak pada dividen bila membelinya melalui BPJS & DPLK.
- Properti
Untuk mengetahui persis berapa imbal hasil yang didapatkan dari properti perkara yang tidak mudah. Berdasarkan pengalaman di Jakarta, harga properti dapat flat untuk waktu yang sangat panjang, untuk kemudian booming naik minimal 50% setiap tahun seperti pada periode 2010 – 2013 untuk kembali flat lagi.Berbicara risiko, harga tidaklah sefluktuatif saham, namun tidak memiliki keunggulan fleksibilitas, likuiditas, insentif, bebas pajak seperti halnya obligasi dan saham. Untuk berinvestasi properti pada kalangan milenial seperti kita, cara yang umum dilakukan adalah melalui KPR dimana kita mendapatkan beban tambahan atas bunga pinjaman.
Terakhir hal yang perlu dipastikan karena kerap menjadi polemik, investasi properti ini untuk retirement fund atau untuk anak nantinya? Dua goal yang berbeda, sebaiknya dipisah dari awal.
Selalu ingat, mesin pertumbuhan terbesar kita adalah diri kita sendiri, bukan investasi tersebut. Namun seandainya pun puncak karir kita tidak menjuadi presiden direktur atau menjadi pemilik startup unicorn, tidak berarti kita harus menyerah mengejar impian meraih financial independence.